Sequis: Asuransi Jiwa | Asuransi Kesehatan | Investasi di Indonesia - Sequis - Your Better Tomorrow

Sequis Life Perbaharui Komitmen Program CSR - From Disable To The Able



  • Sequis Life berikan bantuan  1000 kaki palsu sepanjang 2014
  • Sequis Life kembali menggandeng Yayasan Peduli Tuna Daksa
  • Kaki palsu pertama tahun 2014 diberikan kepada Rina Fatina Oktari (25 tahun)
  • Diskusi Interaktif Langkah & Semangat Baru Untuk Hari Esok Lebih Baik – Tahap 2 untuk memotivasi penerima kaki palsu

Jakarta, 11  Maret  2014 – PT Asuransi Jiwa Sequis Life (Sequis Life) telah sukses melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) “From Disable to The Able” yaitu bantuan 1000 kaki palsu kepada yang membutuhkan pada tahun 2013 di Jabodetabek, Aceh, Palembang, Balikpapan, Garut, Malang,  Bandung, Cirebon,Yogyakarta dan Solo. Di tahun ini Sequislife kembali memperbaharui komitmennya untuk melaksanakan program bantuan 1000 kaki palsu.

Pembukaan program CSR From Disable to The Able tahun 2014 ini dibuka dengan simbolisasi pemasangan kaki pertama oleh Tatang Widjaja, President Director & CEO Sequislife kepada Rina Fatina Oktari (25 tahun) warga Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Ia mengalami cacat kaki sejak lahir.

“Saya dapat kabar dari teman bahwa ada program kaki palsu gratis Sequis Life, kemudian saya ke yayasan Peduli Tuna Daksa dan ternyata benar saya bisa dapat kaki palsu secara gratis. Dengan adanya kaki palsu ini saya dapat beraktivitas seperti orang normal lainnya”, ujar Rina yang telah mendapat pekerjaan menjadi seorang administrasi di sebuah perusahaan swasta. “Sekarang saya bisa berjalan dan akhirnya mendapat pekerjaan. Semoga kesempatan ini akan dapat dirasakan juga oleh para tuna daksa lainnya.” tambah Rina pada saat menerima kaki palsu pertama dari Sequislife.

“Sequislife kembali berkomitmen memberikan bantuan 1000 kaki palsu melalui program “From Disable to The Able” karena kami percaya bahwa kaki adalah anggota tubuh yang penting bagi seseorang untuk mampu mengurus diri sendiri. Hal ini sejalan dengan tujuan dasar pendirian Sequislife – For A Better Tomorrow, yaitu membantu masyarakat Indonesia meraih hari esok yang lebih baik. Dengan adanya kaki palsu akan menolong mereka kembali beraktivitas baik bersekolah maupun bekerja” ujar Tatang. Lagi menurutnya, kebutuhan akan kaki palsu masih cukup tinggi. Prosentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang kesulitan berjalan atau naik tangga baik ringan maupun parah sebesar 1,62 persen. Untuk  kategori kesulitan berjalan atau naik tangga tingkat parah sebanyak 655 ribu jiwa (data BPS 2010). Angka ini menjadi indikasi tingginya jumlah penderita cacat (functional disability) termasuk cacat kaki. Untuk itu Sequislife memperbaharui kembali komitmen program CSR-nya.

Yogyakarta, Palembang dan Bandung menjadi wilayah terbanyak yang menerima  bantuan kaki palsu tahun 2013, lebih dari 170 kaki palsu yang disalurkan pada setiap wilayah tersebut. “Untuk tahun ini, Jawa Barat masih menjadi target. Jumlah jiwa yang tergolong kesulitan berjalan tingkat parah sebanyak 105.555 jiwa (data BPS 2010), namun kami berharap agar bantuan kaki palsu dari Sequislife  dapat menyebar ke lebih banyak wilayah lagi di Indonesia seperti Madura, Kalimantan, Kupang, dll” tambahnya.

Sequislife kembali menggandeng Yayasan Peduli Tuna Daksa untuk menyalurkan bantuan kaki palsu karena kualitas kaki palsu dari YPTD cukup mumpuni untuk digunakan. Selain ringan, mudah diperbaiki tanpa harus datang ke yayasan, bahan anti pecah dan terbakar, cara penguncian mengunakan standard internasional, telapak kaki tidak mudah rusak dan disesuaikan dengan karakter kaki untuk pekerja lapangan, yang utamanya setiap pasien diberikan kartu garansi  seumur hidup untuk setiap kaki yang  mereka terima.

Masyarakat Indonesia juga dapat berpartisipasi dengan cara mendaftarkan keluarga, kerabat atau kenalan mereka yang dianggap layak untuk menerima kaki palsu melalui website Sequislife di http://www.sequislife.com/forable.  Dengan syarat: Minimal berumur 4 tahun dan maksimal 70 tahun, tidak ada luka pada kaki yang diamputasi, untuk pasien dengan riwayat sakit gula/diabetes luka harus kering, masa setelah amputasi minimal 7 bulan untuk pemasangan kaki palsu.

Pembukaan Program “From Disable to The Able”  yaitu bantuan  1000 kaki palsu,  dilaksanakan dengan diskusi interaktif bersama sejumlah penerima kaki palsu di tahun 2013 dan penerima kaki palsu 2014 yang baru mendapat bantuan kaki palsu pada hari ini (11/03). Dengan topik diskusi “Langkah dan Semangat Baru Untuk Hari Esok Lebih Baik, tahap 2”. Sequislife menghadirkan Liza Marielly Djaprie, M.Si,Psi,CH, Psikolog & hipnoterapis klinis  dan Habibie Afsyah, motivator muda & disable netpeneur.

Liza Marielly dalam presentasinya menyampaikan bahwa secara psikologis manusia telah dianugerahi kemampuan untuk bertahan dalam kondisi terburuk dalam kehidupan. Kemampuan ini disebut sebagai self resilience atau ketahanan diri. Tidak hanya sekedar bertahan utk hidup semata, manusia sebenarnya mampu untuk bisa belajar menjadi individu lebih baik lagi melalui beragam kondisi tersebut. “Belajarlah untuk bersikap terbuka dalam setiap wacana pembelajaran hidup dan kita akan berkembang lebih baik lagi’, ujar Liza.

Habibe Afsyah, adalah seorang muda yang telah sukses berkiprah di dunia internet. Kepiawaiannya dari aktivitas marketing online membuatnya menjadi netpreneur yang sukses. Namun semua itu tidak diperoleh dengan mudah. Habibie menderita Muscular Dytrophy Tipe Becker yang terjadi sejak lahir. Secara awam penyakit ini disebut kelainan genetik. Akibatnya secara perlahan otot-otot akan melemah dan fisik menjadi tak berdaya. Keterbatasan fisik dan gerak tak membuat Habibie patah semangat. Ia berjuang untuk membuktikan bahwa semangat hidup tidak boleh dikalahkan oleh keterbatasan fisik.  “Agar termotivasi, hal yang harus dilakukan adalah meletakkan impian besar sebagai tujuan, bekerjalah sesuai passion dan cara sendiri serta  perlu berkumpul dengan orang-orang yang memiliki semangat tinggi” ujar Habibie.

Turut hadir Haerul Soleh, dulunya bekerja sebagai buruh batako press di Jember. Kecelaaan kerja yang dialaminya membuat Haerul harus kehilangan salah satu anggota tubuhnya. Hal ini sempat membuat nya mengalami depresi berat dan pernah melakukan percobaan bunuh diri. Ia berjalan kaki dari Jember ke Jakarta untuk bertemu Habibie Afsyah guna belajar internet marketing untuk mengubah nasibnya. Sekarang Haerul telah mampu membiayai hidup dan mengubah nasibnya menjadi seorang web developer.

Dalam diskusi ini, Tatang mengingatkan peserta agar keterbatasan jangan sampai melemahkan semangat untuk berkarya, justru menjadikan kita lebih kreatif dan inovasi. “Berkarya tidak melulu soal modal, namun keberanian dan  untuk memulai dan tekad untuk maju. Dengan bantuan kaki palsu ini kami harapkan dapat menjadi penyemangat untuk melangkah meraih hari esok yang lebih baik”, tambahnya.

Butuh bantuan ?