Sequis: Asuransi Jiwa | Asuransi Kesehatan | Investasi di Indonesia - Sequis - Your Better Tomorrow

Rayakan Hari Perempuan Internasional, Sequislife Berbagi Ilmu Wirausaha Untuk Penerima Kaki Palsu



  • Sequislife bersama sekitar 20 perempuan penerima kaki palsu rayakan Hari Perempuan Internasional di Yayasan Peduli Tuna Daksa (YPTD)
  • Wujud kepedulian pada peningkatan kualitas perempuan dilakukan dengan berbagi ilmu wirausaha bersama penerima kaki palsu yang telah sukses dan demo masak roll cake (bolu gulung) batik
  • Kegiatan ini adalah kelanjutan edukasi Langkah & Semangat Baru untuk Hari Esok – Tahap 5

 

Jakarta, 6 Maret 2015 – PT Asuransi Jiwa Sequis Life (Sequislife) bersama Yayasan Peduli Tuna Daksa (YPTD) merayakan Hari Perempuan Internasional (8 Maret 2015), dengan menghadirkan penerima kaki palsu yang telah merintis usaha yaitu Nurdani (27), serta menampilkan demo masak roll cake batik dari Linda A Budiono, wirausahawati roll cake batik asal Bekasi. Acara demo kue roll batik, dan tips memulai usaha ini dihadiri oleh sekitar 20 perempuan penerima kaki palsu dari Sequislife yang datang dari Jakarta, Bekasi, Tangerang dan Lampung.

Perempuan saat ini telah banyak berperan dalam berbagai aspek kehidupan, untuk itu perempuan sendiri perlu menyadari bahwa mereka harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kualitas dirinya agar dapat maksimal menjalankan perannya dalam keluarga, lingkungan kerja dan sekitar. “Peran yang sama juga berlaku bagi penyandang disabilitas terutama bagi mereka yang memiliki keluarga, di mana Ibu berperan membesarkan anak dan ikut menyokong finansial keluarga. Namun seringkali peran tersebut tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya karena terkendala oleh kekurangan yang dimiliki, pada akhirnya dapat berdampak pada masa depan keluarga. Untuk itu di Hari Perempuan Internasional, Sequislife mencoba berbagi pengetahuan wirausaha kepada perempuan penerima kaki palsu dari program From Disable To The Able Sequislife yaitu bantuan 1.000 kaki palsu kepada yang membutuhkan.

“Kami mengajak mereka belajar menjadi wirausaha, salah satunya dengan membuat roll cake batik. Peserta juga ada yang diajak ikut masak bersama, juga diberikan tips cara membuat kemasan yang menarik, cara menentukan harga jual, hingga tips menjadi wirausaha dari pembicara. Dengan contoh dan tips yang diberikan, kami harapkan bisa memotivasi para ibu penerima kaki palsu bahwa mereka juga memiliki kesempatan untuk ikut berperan sebagai perempuan mandiri dan bermanfaat”, ujar Stephanie Gondokusumo, Head of Corporate Branding, Marketing & Communications Sequislife.

Stephanie juga mengatakan bahwa menjadi seorang wirausaha telah menjadi pilihan hidup banyak orang, dan sebagai perusahaan dengan kegiatan CSR yang memberikan bantuan kaki palsu, Sequislife menghimbau penerima kaki palsu tidak kembali hidup seperti sebelumnya namun ada keinginan meraih masa depan untuk meraih hari esok yang lebih baik. “Salah satu cara yang potensial, dan dapat mereka jalankan yaitu bidang wirausaha, sebagai role model kami hadirkan cara membuat roll cake batik dari Linda A Budiono yang sudah memulai usaha ini terlebih dahulu”, tambahStephanie.

Sequislife memberikan edukasi dan informasi kepada penerima kaki palsu sejak 2013 melalui kegiatan dengan topik Langkah & Semangat Baru Untuk Hari Esok Lebih Baik, saat ini sudah memasuki tahap yang ke 5. “Wirausaha menjadi pilihan kami karena bisa dilakukan siapa saja dan kapan saja termasuk para penerima kaki palsu. Dengan mendengar dan melihat langsung dari mereka yang sudah menjalani bidang wirausaha, kami berharap penerima kaki palsu terinspirasi untuk mendeklarasikan diri menjadi wirausaha baru”,ujarnya lagi.

Di acara ini, penerima kaki palsu diajarkan mulai dari bahan baku, cara membuat adonan, hingga cara membatik di atas roll cake. Linda meninggalkan dunia kerja yang telah 20 tahun Ia geluti kemudian memilih terjun di bisnis kuliner sejak April 2014. Saat ini Ia tidak hanya menjual namun juga telah membuka kursus. “Saya memulai bisnis ini dari modal awal sekitar 100 ribu, cara pembuatannya juga tidak sulit yang penting tekun dan terus mencoba”, tutur Linda ketika menjelaskan resep masakan kepada penerima kaki palsu di Yayasan Peduli Tuna Daksa di Sunter Podomoro Jakarta.

“Memasak merupakan hal yang biasa dilakukan kaum Ibu, jadi saya kira tidak sulit jika ibu-ibu mau mencobanya. Tantangan pasti ada, baik memulai bisnis yang produknya belum dikenal orang atau yang sudah ramai di pasaran. Kunci keberhasilannya pada keunikan dan kemasan, seperti roll cake banyak dijual di pasaran. Untuk itu keunikan disini ada pada motif batik itu sendiri, untuk rasa juga bisa inovasi tergantung selera, sedangkan kemasan bisa disesuaikan dengan selera pelanggan bisa dengan variasi pita, sticker, box cantik dan lain sebagainya”,tambahnya. Ia mencoba peruntungan di bisnis kuliner dengan memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan usahanya. Linda kini sudah membuka kursus dan menghasilkan murid yang sudah berbisnis di jalur yang sama. “Motif pada dasarnya tergantung selera, saya pilih pola batik karena selain belajar mengenal berbagai motif batik Indonesia yang merupakan warisan budaya bangsa, roll cake batik juga masih tergolong baru di masyarakat”,kata Linda pada saat memberikan demo cara membuat roll cake.

Linda juga mendorong peserta untuk memilih jalur wirausaha. “Dengan berwirausaha, dapat membantu penghasilan keluarga dan membuat kita menjadi perempuan mandiri. Awalnya kita ketahui dulu apa yang kita suka, lalu kita ukur kemampuan dan daya kita, kemudian cari tahu bagaimana potensinya di pasar. Bisa dimulai dari yang terdekat seperti keluarga dan tetangga. Jangan lupa wirausaha perlu memiliki semangat dan ketekunan, awalnya bisa jadi gagal atau dipertengahan bertemu kendala seperti bahan baku naik, pesaing bertambah, disitu ujian bagi wirausaha untuk berinovasi”,tuturnya.

 

Kisah Nurdani ‘Pedagang Mie Ayam Portal”

Lain lagi kisah Nurdani (27), pria yang akrab disapa Dani ini beralamat di Duren Sawit Baru Jakarta Timur. Ia telah dikaruniai seorang istri, dan seorang anak yang berusia 2,5 tahun. Dani mendapatkan bantuan kaki palsu dari Sequislife tahun 2013 setelah diamputasi tahun 2004. Saat ini Ia sedang merintis usaha mie ayam di Duren Sawit yang dikenal dengan mie ayam portal. “Saya mengalami amputasi kaki karena kecelakaan motor di Jl. Yos Sudarso Cempaka Putih Jakarta. Saat itu saya bermaksud mengunjungi nenek, saya ingat waktu itu waktu menunjukkan pukul 10.15 WIB, saya ditabrak dua kali oleh motor. Ketika akan memutar balik motor, tidak lama berselang sebuah motor melaju kencang dan menabrak saya, dalam kondisi tergeletak saya ditabrak lagi oleh motor lainnya hingga harus dilarikan ke Rumah Sakit Pelni Petamburan. Selang waktu tiga minggu dari kecelakaan itu, kaki kanan saya harus diamputasi hingga bawah betis”, ujar Dani.

Kejadian ini membuat keluarganya merasa terpukul, dan Ia sendiri sempat minder dan tidak mau bertemu teman-temannya.“Saya tidak ada gairah hidup lagi, malu bertemu orang. Saat itu saya masih duduk di kelas 2 SMP. Orang tua dan teman-teman terus memotivasi hingga saya dapat menyelesaikan sekolah hingga selesai SMA, walau harus berjalan ke sekolah dengan menggunakan tongkat”,tambah Dani yang mendapat informasi bantuan kaki palsu dari Alm. neneknya. “Alm. nenek saya bilang dapat kaki palsu bisa gratis kemudian saya datang ke Yayasan Peduli Tuna Daksa, kalau tidak ada bantuan kaki palsu ini saya juga tidak mampu beli, waktu itu kata dokter harga kaki palsu bisa sampai Rp 5 juta”

“Saat ini saya berdagang mie ayam bersama istri, kami menikah tahun 2012, dan memulai usaha ini sejak menikah. Sebenarnya kami meneruskan usaha orang tua. Dulu hanya bantu-bantu orang tua berdagang, sekarang sudah saya pegang sendiri. Mie beli dari pabrik sehari-harinya 8 kg namun bisa hingga 25 kg. Istri saya yang mengolah bahan bakunya, kadang dia juga bantu saya berjualan. Usaha mie ayam saya cukup laku, sehari bisa 150 porsi dan kalau hari libur bisa 200 porsi. Saya jual Rp.9.000, 00 per porsi, sebulan omset bisa sampai Rp. 5 Juta”,ujar Dani lagi yang bercita-cita membangun rumah untuk orang tuanya di Demak, Jawa Tengah.

“Melanjutkan bisnis ini, dulu modal saya dari menggadaikan BPKP motor. Dari uang 5 juta kami kembangkan usaha dan mengganti peralatan yang sudah rusak. Sejauh ini pembeli biasanya pengunjung RS Duren Sawit dan masyarakat sekitar kompleks, mereka suka karena selain harganya yang terjangkau, mie-nya banyak dan menyesuaikan selera pembeli”.

 

Materi Kaki Palsu Diperbaharui

M. Syaid, Supervisor Yayasan Peduli Tuna Daksa mengatakan banyak tuna daksa yang terbantu dengan adanya program bantuan kaki palsu. Kerjasama yang terjalin sejak 2012 bersama Sequislife tentu saja kami harapkan dapat terus berlanjut karena jumlah tuna daksa terutama di daerah luar Jabotabek jumlahnya cukup banyak dan bertambah, hal ini terutama karena kecelakaan di jalan raya, kecelakaan kerja, karena diabetes, maupun bawaan lahir .

“Sejak 2015, kami memperbaharui materi kaki palsu, dulu memakai material HDPE namun kedepannya kami akan ganti dengan bahan PPC, kekuatannya sama namun dengan PPC penggunanya akan lebih merasa ringan dan secara estetika pun akan terlihat sempurna, karena kami membuatnya dengan memakai mesin seksen (mesin penyedot, cara kerjanya: setelah PPC di oven, kemudian diangkat dan dicetak sesuai ukuran yang diiinginkan dengan menggunakan mesin seksen yaitu dengan cara disedot hingga membentuk cetakan kaki), tidak perlu lagi diserut secara manual, seperti material HDPE, di mana pipa yang telah di oven lalu dicetak dan ditarik menggunakan tenaga manual dengan moll atau cetakan kaki sesuai ukuran, setelah itu diserut agar pipa tidak terlihat tebal.

Kendalanya adalah karena menggunakan tenaga manusia sehingga hasilnya tidak selalu sama. Cara perawatannya masih sama yaitu harus selalu dijaga kebersihannya dan tidak boleh terkena air. Kami tetap memberikan garansi bagi produk baru ini dan garansi juga berlaku bagi bahan kaki palsu dari HDPE”,ujar Syaid.

“Dengan materi yang baru, akan mengurangi waktu tunggu pasien dan memudahkan kami juga untuk mencapai target penyebaran distribusi kaki palsu, mudah-mudahan di tahun ini bantuan kaki palsu juga menyentuh daerah Bali, wilayah Kalimantan seperti Banjarmasin, dan wilayah Sulawesi seperti Manado” lanjutnya.

Menutup diskusi, Stephanie berpesan agar penerima kaki palsu tidak menjadikan keterbatasan sebagai halangan untuk berkarya. “Hingga akhir tahun 2014, jumlah pendaftar yang membutuhkan kaki palsu masih cukup banyak, artinya jumlah penyandang tunadaksa masih cukup besar di Indonesia. Kita perlu menyadari bahwa saudara-saudari kita yang berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama untuk bisa berkarya serta dihargai sebagai pribadi. Hal tersebut membuat kami kembali memperbaharui komitmen kami melaksanakan program CSR bantuan 1.000 kaki palsu di tahun 2015. Melewati masa sulit memang tidak mudah, karena itu yang harus dilakukan adalah mensyukuri apapun keadaan kita yang diberikan Tuhan kemudian berpikir, diikuti niat dan tekad untuk bangkit hari esok yang lebih baik”ujarnya.

Butuh bantuan ?