Mohon Maaf untuk saat ini layanan kami sedang Offline.
Jam operasional layanan kami yaitu pada hari Senin-Jum'at pada jam 08.15-17.00 WIB
Untuk informasi layanan diluar waktu tersebut dapat mengakses email :
Layanan Individu : care@sequislife.com
Layanan Group/ Perusahaan / : fscare.group@sequislife.com
Sequis Dorong Anak Muda Tinggalkan Doom Spending

Sequis Dorong Generasi Muda Tinggalkan Doom Spend
Fenomena Doom spending jadi tren di kalangan anak muda khususnya milenial dan gen Z. Istilah ini merujuk pada kebiasaan belanja impulsif untuk merespon stres, kecemasan, atau ketakutan akan persoalan dan masa depan yang tidak pasti. Paparan media sosial juga telah turut memengaruhi kebiasaan ini.
Banyak anak muda memilih menggunakan uangnya pada hal-hal yang dirasa dapat membuat mereka melupakan tekanan hidup, misalnya dengan belanja online. Masalahnya, belanja dapat menjadi kebiasaan jika dilakukan terus menerus. Jumlah dan jenis yang dibelanjakan juga dapat menjadi berlebihan. Apalagi, belanja online dapat dilakukan secara instan dan banyak jenis dan varian yang dapat dipilih. Jika tidak tersedia dana di tabungan dapat menggunakan kartu kredit atau sistem pay later.
Faculty Head Sequis Quality Builder, Sequis Training Academy of Excellence (STAE), Fandi Murdani mengatakan doom spending berpotensi menjadi masalah serius karena perilaku ini tidak disertai dengan perencanaan keuangan. Fandi menyarankan agar generasi muda meninggalkan kebiasaan Doom spending meskipun sebagian orang merasa melakukan perencanaan keuangan tidak mudah dan mengekang.
“Menghentikan doom spending bukan berarti menghentikan kebahagiaan. Perilaku ini sebenarnya tidak mendatangkan bahagia, justru berdampak buruk pada stabilitas keuangan jangka panjang. Malahan, dengan menyeleksi pengeluaran dan memprioritaskan masa depan, Anda dapat menikmati hidup saat ini dan memungkinkan mencapai hari esok yang lebih baik,” sebut Fandi.
Sequis senantiasa dan berulang menekankan soal disiplin perencanaan keuangan, seperti tips supaya terhindar dari perilaku doom spending berikut dari Fandi Murdani:
◢ Alternatif mengatur ‘Emosi’ selain belanja
Fandi menyarankan agar ketidakpastian finansial direspon dengan bijaksana, seperti giat menabung dan berhemat, termasuk tidak membuka aplikasi belanja, atau mencari pendapatan tambahan.
“Tidak semua permasalahan dapat diatasi dalam waktu singkat. Namun, banyak pilihan untuk mengatur emosi. Ketika merasa stres, daripada membuka aplikasi belanja online, coba lakukan aktivitas lain, seperti meditasi, menjalankan hobi, minum teh sore bersama pasangan atau orang tua, atau berolahraga,” sebut Fandi’
◢ Perencanaan keuangan penting dilakukan
Generasi milenial yang sudah memiliki penghasilan, tentu lebih mudah untuk berbelanja karena tidak perlu minta pada orang tua. Namun hati-hati terjebak dalam kebiasaan doom spending. Untuk itu, lakukan perencanaan keuangan agar gaji Anda dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat.
“Disiplin menjalankan perencanaan keuangan sebenarnya memudahkan kita menjalani hidup. Anda masih dapat memanjakan diri dengan berlibur, ngopi, belanja, menjalankan hobi tanpa merusak kestabilan keuangan sebab sedari awal mendapatkan gaji, Anda sudah mengaturnya sedemikian rupa,” sebut Fandi.
Rencanakan keuangan dengan skala prioritas dengan menerapkan rumus 40-30-20-10. Dari anggaran yang dimiliki, sisihkan 40% untuk keperluan sehari-hari, 30% untuk kebutuhan utang, 20% untuk investasi dan tabungan serta 10% untuk keperluan sosial.
Salah satu bentuk kehati-hatian menggunakan uang karena sudah melakukan perencanaan keuangan adalah tidak mudah tergiur mengikuti tren demi diterima di lingkungan atau demi mendapatkan hiburan. Misalnya Anda akan berpikir dua kali untuk membeli gantungan boneka labubu yang nilainya mahal jika biayanya diluar dari perencanaan keuangan yang telah Anda susun.
◢ Alokasikan Dana Darurat
Dalam perencanaan keuangan sangat penting mengalokasikan dana darurat dan investasi. Anda dapat memulai dengan alokasi gaji untuk pos ini sebesar 10% kemudian tingkatkan 20%. Nilai ini bisa terus Anda tingkatkan seiring meningkatnya pengalaman menjalankan perencanaan keuangan dan bertambahnya penghasilan.
Menyiapkan dana darurat untuk keperluan darurat saat tidak memungkinkan bagi kita untuk mencairkan investasi atau mendapatkan pinjaman. Misalnya untuk perbaikan mobil, renovasi rumah, memperbaiki barang rusak, dan lainnya.
◢ Miliki Asuransi Kesehatan dan Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa dan asuransi kesehatan adalah strategi efektif untuk mengelola risiko finansial yang dapat terjadi pada masa depan. Asuransi kesehatan bermanfaat melindungi kondisi finansial dari ketidakpastian biaya medis dan asuransi jiwa menyediakan Uang Pertanggungan yang dapat digunakan oleh anggota keluarga ahli waris untuk melanjutkan hidup jika terjadi risiko kematian atau kecelakaan.
Fandi menyarankan agar generasi muda tidak skeptis pada asuransi. Selama kondisi kesehatan masih prima, usia masih produktif, dan menjawab pertanyaan saat mengisi Surat Permintaan Asuransi (SPA) dengan benar maka asuransi menjadi strategi finansial untuk mempersiapkan dan mengurangi dampak ancaman kelangsungan hidup.
Salah satu asuransi kesehatan dari Sequis adalah Sequis Q Infinite MedCare Shield Rider (IMC Shield). Preminya terjangkau namun sudah bisa mendapatkan manfaat kamar satu tempat tidur saat rawat inap.
◢ Berinvestasi bantu capai tujuan keuangan
Daripada menghabiskan uang untuk doom spending. Ada baiknya generasi muda belajar berinvestasi di jalur formal yang berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Investasi bermanfaat untuk memperkuat kemandirian finansial, menjaga nilai aset dari inflasi, dan membantu tersedianya dana untuk keperluan masa depan
Bisa mulai berinvestasi di deposito dan reksa dana. Seiring pengetahuan investasi dan dana bertambah maka Anda dapat mencoba peluang berinvestasi di emas, obligasi. Selanjutnya Anda bisa mulai berinvestasi forex dan saham. Tentunya, dengan menyesuaikan dengan profil risiko investasi masing-masing.
oOo
#LiterasiKeuangan